Blogger vs Media, Siapa Lebih Akurat?
Pertumbuhan internet yang pesat di Indonesia turut memicu pertumbuhan blog.
Kini diperkirakan ada lebih dari satu juta blogger di Indonesia. Lalu, seperti apa potret terkini para blogger di Asia, termasuk Indonesia?
Menurut riset terbaru yang dilaksanakan agensi kehumasan dan strategi komunikasi internasional, Burston-Marsteller, ternyata tingkat kesenjangan pesan perusahaan yang disampaikan para blogger, lebih tinggi ketimbang tingkat kesenjangan pesan yang disampaikan media tradisional.
Yang dimaksud media tradisional dalam hal ini adalah media-media yang menganut standar jurnalistik pada karya-karya tulisannya. Jadi, tak hanya terbatas pada media cetak seperti koran atau majalah, melainkan juga media apapun yang menerapkan struktur newsroom 'tradisional', termasuk media online.
Studi The Burson-Marsteller Message Gap Analysismenyimpulkan bahwa kesenjangan antara pesan tersampaikan perusahaan dan yang ditulis oleh blogger di Asia-Pasifik, lebih besar yakni mencapai 63 persen. Sementara, kesenjangan antara pesan perusahaan dengan pemberitaan media tradisional di Asia-Pasifik, mencapai angka 58 persen.
“Blogosphere di Asia masih sangat terpengaruh oleh media tradisional, dan fokus yang lebih jelas tentang bagaimana pesan perusahaan akan diberitakan akan lebih memiliki keuntungan di saluran digital,” kata Bob Pickard, CEO Burson-Marsteller Asia-Pasifik, melalui siara pers resminya, yang diterima VIVAnews, 20 September 2010.
Apakah ini berarti bahwa pesan-pesan perusahaan yang diliput oleh para blogger lebih tidak akurat daripada media konvensional?
Ternyata, menurut Steve Bowen, Managing Director Brand Marketing and Training, Burston-Marsteller, hasil studi itu menunjukkan bahwa media tradisional lebih banyak menyampaikan pesan dari rilis pers yang dibuat sebuah perusahaan.
"Ini tidak terlalu menyangkut dengan masalah akurasi. Walaupun tentu saja media tradisional beroperasi di bawah pengawasan editorial yang lebih ketat ketimbang para blogger. Media tradisional juga lebih menyajikan fakta daripada para blogger," kata Bowen kepada VIVAnews, melalui surat elektroniknya.
Sementara, Bowen menjelaskan, tulisan para blogger biasanya lebih dalam ketimbang tulisan para jurnalis, ketika membahas sebuah topik yang menarik bagi mereka.
Blogger akan menyertakan opini bebas mereka, pengalaman pribadi, pengetahuan tentang produk dan kompetitornya, maupun spekulasi, sehingga kesenjangan pesan perusahaan akan semakin besar.
Menurut Burston Marsteller, kini ada sekitar 200 juta blog di seluruh dunia, dan 73 persen di antara pengguna internet mengaku pernah membaca blog.
Sementara media tradisional cenderung berkurang, blogger dan media sosial terus bertumbuh. Tak heran bila kini 26 persen pengguna Twitter mendapatkan berita cukup melalui tweet-tweet saja.
( Sumber : VIVAnews )
Kini diperkirakan ada lebih dari satu juta blogger di Indonesia. Lalu, seperti apa potret terkini para blogger di Asia, termasuk Indonesia?
Menurut riset terbaru yang dilaksanakan agensi kehumasan dan strategi komunikasi internasional, Burston-Marsteller, ternyata tingkat kesenjangan pesan perusahaan yang disampaikan para blogger, lebih tinggi ketimbang tingkat kesenjangan pesan yang disampaikan media tradisional.
Yang dimaksud media tradisional dalam hal ini adalah media-media yang menganut standar jurnalistik pada karya-karya tulisannya. Jadi, tak hanya terbatas pada media cetak seperti koran atau majalah, melainkan juga media apapun yang menerapkan struktur newsroom 'tradisional', termasuk media online.
Studi The Burson-Marsteller Message Gap Analysismenyimpulkan bahwa kesenjangan antara pesan tersampaikan perusahaan dan yang ditulis oleh blogger di Asia-Pasifik, lebih besar yakni mencapai 63 persen. Sementara, kesenjangan antara pesan perusahaan dengan pemberitaan media tradisional di Asia-Pasifik, mencapai angka 58 persen.
“Blogosphere di Asia masih sangat terpengaruh oleh media tradisional, dan fokus yang lebih jelas tentang bagaimana pesan perusahaan akan diberitakan akan lebih memiliki keuntungan di saluran digital,” kata Bob Pickard, CEO Burson-Marsteller Asia-Pasifik, melalui siara pers resminya, yang diterima VIVAnews, 20 September 2010.
Apakah ini berarti bahwa pesan-pesan perusahaan yang diliput oleh para blogger lebih tidak akurat daripada media konvensional?
Ternyata, menurut Steve Bowen, Managing Director Brand Marketing and Training, Burston-Marsteller, hasil studi itu menunjukkan bahwa media tradisional lebih banyak menyampaikan pesan dari rilis pers yang dibuat sebuah perusahaan.
"Ini tidak terlalu menyangkut dengan masalah akurasi. Walaupun tentu saja media tradisional beroperasi di bawah pengawasan editorial yang lebih ketat ketimbang para blogger. Media tradisional juga lebih menyajikan fakta daripada para blogger," kata Bowen kepada VIVAnews, melalui surat elektroniknya.
Sementara, Bowen menjelaskan, tulisan para blogger biasanya lebih dalam ketimbang tulisan para jurnalis, ketika membahas sebuah topik yang menarik bagi mereka.
Blogger akan menyertakan opini bebas mereka, pengalaman pribadi, pengetahuan tentang produk dan kompetitornya, maupun spekulasi, sehingga kesenjangan pesan perusahaan akan semakin besar.
Menurut Burston Marsteller, kini ada sekitar 200 juta blog di seluruh dunia, dan 73 persen di antara pengguna internet mengaku pernah membaca blog.
Sementara media tradisional cenderung berkurang, blogger dan media sosial terus bertumbuh. Tak heran bila kini 26 persen pengguna Twitter mendapatkan berita cukup melalui tweet-tweet saja.
( Sumber : VIVAnews )
Follow @BlogAB
Posted by Unknown
on 17.13. Filed under
Blog,
Teknologi,
Twitter
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response