Pesan Anak Aceh untuk Anak Jepang
Bagi warga Banda Aceh, bencana gempa dan tsunami Jepang memantik kesan prihatin tersendiri.
Bukan hanya karena tragedi serupa pernah terjadi di Aceh, tapi mereka tak pernah lupa kesigapan Pemerintah Jepang dan sukarelawannya membantu korban tsunami Aceh, pada Desember 2004 silam. Melalui goresan pada kertas, anak-anak Aceh mencoba mengungkapkan simpati dan keprihatinan itu.
Takut, itulah kalimat yang keluar dari bibir Alfi Syahrir (10), saat ditanya kesannya mengenai tsunami. Sore itu, bersama 25 anak lainnya, dia mengikuti lomba melukis anak Aceh untuk anak Jepang di studio alam, kedai kopi Apa Kaoy, Banda Aceh.
Saat tragedi gempa dan tsunami Aceh terjadi, Alfi masih berusia 4 tahun. Yang masih terekam di benaknya akan peristiwa itu adalah rumah-rumah rusak dan gelontoran air laut yang merendam rumahnya di Kampung Peniti, Banda Aceh, hingga setinggi 1,5 meter. Kengerian yang merusak keasyikannya menonton film seri kartun Jepang Doraemon, Minggu pagi itu.
"Setelah gempa itu listrik mati. Saya nggak bisa lagi menonton Doraemon. Tiba-tiba saya digendong Ayah lari naik kereta (sepeda motor). Keliling-keliling. Toko-toko rusak. Banyak orang yang menangis," tutur Alfi polos.
Dalam benak polosnya, kengerian semacam itulah yang dialami anak-anak Jepang yang dua bulan lalu dilanda gempa dan tsunami. Jari jemari kecilnya pun menggoreskan pemandangan kerusakan itu di atas kertas putih. Dua orang anak masing-masing memegang bendera Indonesia dan Jepang, bergandengan tangan di antara puing-puing kerusakan.
"Anak-anak Jepang pasti takut seperti anak-anak Aceh waktu tsunami. Jadi, kami harus bergandengan tangan dengan mereka agar tidak takut lagi," ucap Alfi, mencoba menjelaskan tentang lukisannya itu.
Rata-rata usia peserta lomba lukis Rabu siang itu adalah anak umur 8 tahun hingga 13 tahun. Saat tsunami melanda, sebagian besar mereka masih anak balita. Pikiran kecil mereka sempat merekam detik-detik tragedi yang menewaskan banyak warga Aceh tersebut. Dengan begitu, tak begitu sulit bagi mereka menggambarkan tentang tsunami ke dalam gores lukisan.
Umumnya mereka membubuhkan dalam lukisan simbol-simbol anak Aceh dan Jepang. Simbol itu beraneka macam, ada dalam berupa pakaian adat, bendera, baik bangunan khas Aceh maupun Jepang.
"Saya ingin nanti anak-anak di Jepang melihat lukisan saya. Biar mereka tetap semangat seperti anak-anak Aceh," tutur Eva Susanti (10), peserta lomba lainnya.
Lomba melukis anak Aceh untuk anak Jepang tersebut diprakarsai seniman hikayat Banda Aceh, Apa Kaoy. Menurut Apa, selain memberikan ajang bagi anak-anak di Banda Aceh menyalurkan bakatnya dalam melukis, lomba ini ditujukan sebagai bentuk ketulusan membantu secara moral anak-anak di Jepang korban bencana gempa dan tsunami.
"Bencana di Jepang memang sudah berlalu dua bulan lalu, tetapi kami yakin sampai sekarang dampak dan trauma bencana itu masih mereka rasakan di sana, khususnya anak-anak. Kondisi yang sama pernah dialami anak-anak di Banda Aceh ini," katanya.
Lukisan-lukisan karya anak-anak Aceh itu nantinya akan dikirimkan ke anak-anak Jepang korban tsunami. " Kami akan menitipkannya melalui organisasi Jepang yang ada disini. Inilah yang bisa kami berikan. Setidaknya, anak-anak Jepang akan bisa t erangkat moralnya melihat lukisan teman mereka anak-anak dari Aceh," kata Apa.
Peran Jepang begitu berarti bagi Aceh pasca-bencana tsunami 26 Desember 2004. Bantuan mereka salurkan dalam bentuk pembangunan rumah, jalan, jembatan, serta pelatihan. Tentara beladiri Jepang juga turut bahu-membahu membersihkan puing-puing gempa di Aceh. Demikian pula para sukarelawan asal Negeri Matahari Terbit itu.
"Bahkan, pada bulan Februari 2011 lalu atau sebulan sebelum gempa di Jepang. Sukarelawan dari Jepang masih sempat memberikan pelatihan mengantisipasi bencana tsunami untuk pelajar di Aceh," kata Apa.
Dan, melalui syair hikayat, Apa pun berdendang untuk korban tragedi gempa dan tsunami di Jepang.
Tsunami Aceh dileusaboh jan
Di ureung Jepang bantuan jiba
Jinoe tsunami melanda Jepang
Aceh beurijang bantuan beuna
( Tsunami Aceh di suatu masa
Jepang segera datang membantu
Kini tsunami melanda Jepang
Aceh pun peduli mereka )
Bukan hanya karena tragedi serupa pernah terjadi di Aceh, tapi mereka tak pernah lupa kesigapan Pemerintah Jepang dan sukarelawannya membantu korban tsunami Aceh, pada Desember 2004 silam. Melalui goresan pada kertas, anak-anak Aceh mencoba mengungkapkan simpati dan keprihatinan itu.
Takut, itulah kalimat yang keluar dari bibir Alfi Syahrir (10), saat ditanya kesannya mengenai tsunami. Sore itu, bersama 25 anak lainnya, dia mengikuti lomba melukis anak Aceh untuk anak Jepang di studio alam, kedai kopi Apa Kaoy, Banda Aceh.
Saat tragedi gempa dan tsunami Aceh terjadi, Alfi masih berusia 4 tahun. Yang masih terekam di benaknya akan peristiwa itu adalah rumah-rumah rusak dan gelontoran air laut yang merendam rumahnya di Kampung Peniti, Banda Aceh, hingga setinggi 1,5 meter. Kengerian yang merusak keasyikannya menonton film seri kartun Jepang Doraemon, Minggu pagi itu.
"Setelah gempa itu listrik mati. Saya nggak bisa lagi menonton Doraemon. Tiba-tiba saya digendong Ayah lari naik kereta (sepeda motor). Keliling-keliling. Toko-toko rusak. Banyak orang yang menangis," tutur Alfi polos.
Dalam benak polosnya, kengerian semacam itulah yang dialami anak-anak Jepang yang dua bulan lalu dilanda gempa dan tsunami. Jari jemari kecilnya pun menggoreskan pemandangan kerusakan itu di atas kertas putih. Dua orang anak masing-masing memegang bendera Indonesia dan Jepang, bergandengan tangan di antara puing-puing kerusakan.
"Anak-anak Jepang pasti takut seperti anak-anak Aceh waktu tsunami. Jadi, kami harus bergandengan tangan dengan mereka agar tidak takut lagi," ucap Alfi, mencoba menjelaskan tentang lukisannya itu.
Rata-rata usia peserta lomba lukis Rabu siang itu adalah anak umur 8 tahun hingga 13 tahun. Saat tsunami melanda, sebagian besar mereka masih anak balita. Pikiran kecil mereka sempat merekam detik-detik tragedi yang menewaskan banyak warga Aceh tersebut. Dengan begitu, tak begitu sulit bagi mereka menggambarkan tentang tsunami ke dalam gores lukisan.
Umumnya mereka membubuhkan dalam lukisan simbol-simbol anak Aceh dan Jepang. Simbol itu beraneka macam, ada dalam berupa pakaian adat, bendera, baik bangunan khas Aceh maupun Jepang.
"Saya ingin nanti anak-anak di Jepang melihat lukisan saya. Biar mereka tetap semangat seperti anak-anak Aceh," tutur Eva Susanti (10), peserta lomba lainnya.
Lomba melukis anak Aceh untuk anak Jepang tersebut diprakarsai seniman hikayat Banda Aceh, Apa Kaoy. Menurut Apa, selain memberikan ajang bagi anak-anak di Banda Aceh menyalurkan bakatnya dalam melukis, lomba ini ditujukan sebagai bentuk ketulusan membantu secara moral anak-anak di Jepang korban bencana gempa dan tsunami.
"Bencana di Jepang memang sudah berlalu dua bulan lalu, tetapi kami yakin sampai sekarang dampak dan trauma bencana itu masih mereka rasakan di sana, khususnya anak-anak. Kondisi yang sama pernah dialami anak-anak di Banda Aceh ini," katanya.
Lukisan-lukisan karya anak-anak Aceh itu nantinya akan dikirimkan ke anak-anak Jepang korban tsunami. " Kami akan menitipkannya melalui organisasi Jepang yang ada disini. Inilah yang bisa kami berikan. Setidaknya, anak-anak Jepang akan bisa t erangkat moralnya melihat lukisan teman mereka anak-anak dari Aceh," kata Apa.
Peran Jepang begitu berarti bagi Aceh pasca-bencana tsunami 26 Desember 2004. Bantuan mereka salurkan dalam bentuk pembangunan rumah, jalan, jembatan, serta pelatihan. Tentara beladiri Jepang juga turut bahu-membahu membersihkan puing-puing gempa di Aceh. Demikian pula para sukarelawan asal Negeri Matahari Terbit itu.
"Bahkan, pada bulan Februari 2011 lalu atau sebulan sebelum gempa di Jepang. Sukarelawan dari Jepang masih sempat memberikan pelatihan mengantisipasi bencana tsunami untuk pelajar di Aceh," kata Apa.
Dan, melalui syair hikayat, Apa pun berdendang untuk korban tragedi gempa dan tsunami di Jepang.
Tsunami Aceh dileusaboh jan
Di ureung Jepang bantuan jiba
Jinoe tsunami melanda Jepang
Aceh beurijang bantuan beuna
( Tsunami Aceh di suatu masa
Jepang segera datang membantu
Kini tsunami melanda Jepang
Aceh pun peduli mereka )
Follow @BlogAB
Posted by Unknown
on 02.15. Filed under
Inspirasi
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response