Internet Pemicu Sex Bebas
Menjadi orangtua di jaman moderen seperti ini tidaklah mudah. Hal-hal yang dulu ditabukan menjadi nampak kolot di mata kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun apakah cukup hanya karena alasan globalisasi etika dan norma adat ketimuran harus dikorbankan?
Di jaman ini remaja-remaja sudah tidak canggung berjalan berduaan di muka umum sambil berpegangan tangan, bahkan mereka juga tidak malu berciuman di pojok taman kota. Remaja kita korban kemajuan jaman, yang lebih parah lagi mereka korban ketidak tahuan.
Belantara triple doubleyu, dunia maya, internet atau apapun sebutannya adalah salah satu bukti kemajuan manusia di bidang sarana komunikasi. Paman Google siap memandu kemana kita akan menuju, walau paman Google juga berpesan 'selanjutnya terserah anda!".
Pesan implisit 'selanjutnya tererah anda!' dari paman Google semestinya harus kita sikapi dengan bijak. Sebagai orangtua yang mampu menyediakan sarana komunikasi canggih seperti internet di rumah, atau membekali anak-anak dengan telpon genggam harus mempu mengawasi penggunaan alat-alat itu. Sayangnya sisi ini diabaikan orangtua. Banyak oranatua yang hanya mampu membelikan alat-alat komunikasi yang serba canggih tapi tidak bisa ikut terlibat dalam penggunaannya hanya karena alasan sibuk bekerja, atau yang lebih menyakitkan 'gagap teknologi'.
Harus diakui bahwa enam puluh persen remaja perkotaan pernah berhubungan suami istri. Sedangkan untuk remaja pedesaan, jumlahnya diperkirakan sekitar empat puluh persen. Hal ini didasarkan pada survei yang dilakukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Hal yang mencengangkan menurut ginekolog Prof Dr dr Biran Affandi SpOG (K) FAMM, hal ini diakibatkan perkembangan media yang memudahkan penyebaran informasi. “Sekarang ini informasi informasi bisa menyebar lewat mana saja. Bisa perseorangan atau social media. Hampir semua remaja mengenal internet. Dari internet orang bisa memperoleh informasi apa saja.”
Perkembangan teknologi informasi ini tentunya harus disikapi secara bijak. Survei yang dilakukan APCOC dan PT Bayer Indonesia pada Juli 2011 menunjukkan, hampir 60 persen remaja merasa saling mencintai menjadi alasan cukup untuk berhubungan suami istri. Survei ini dilakukan di sembilan negara yaitu China, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Indonesia, India, Pakistan, Taiwan, dan Malaysia. Jumlah responden adalah 100 orang pria dan 100 orang wanita.
Sebagai orangtua kita juga harus mengenyahkan 'tabu' dan mulai terbuka, para remaja itu perlu dibekali pengetahuan dini tentang seks. Ajaklah mereka bicara dari hati ke hati bila terpergok membuka situs-situs dengan kontens dewasa. Pengetahuan ini dibutuhkan supaya remaja tidak salah kaprah dalam memahami seks.
Di jaman ini remaja-remaja sudah tidak canggung berjalan berduaan di muka umum sambil berpegangan tangan, bahkan mereka juga tidak malu berciuman di pojok taman kota. Remaja kita korban kemajuan jaman, yang lebih parah lagi mereka korban ketidak tahuan.
Belantara triple doubleyu, dunia maya, internet atau apapun sebutannya adalah salah satu bukti kemajuan manusia di bidang sarana komunikasi. Paman Google siap memandu kemana kita akan menuju, walau paman Google juga berpesan 'selanjutnya terserah anda!".
Pesan implisit 'selanjutnya tererah anda!' dari paman Google semestinya harus kita sikapi dengan bijak. Sebagai orangtua yang mampu menyediakan sarana komunikasi canggih seperti internet di rumah, atau membekali anak-anak dengan telpon genggam harus mempu mengawasi penggunaan alat-alat itu. Sayangnya sisi ini diabaikan orangtua. Banyak oranatua yang hanya mampu membelikan alat-alat komunikasi yang serba canggih tapi tidak bisa ikut terlibat dalam penggunaannya hanya karena alasan sibuk bekerja, atau yang lebih menyakitkan 'gagap teknologi'.
Harus diakui bahwa enam puluh persen remaja perkotaan pernah berhubungan suami istri. Sedangkan untuk remaja pedesaan, jumlahnya diperkirakan sekitar empat puluh persen. Hal ini didasarkan pada survei yang dilakukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Hal yang mencengangkan menurut ginekolog Prof Dr dr Biran Affandi SpOG (K) FAMM, hal ini diakibatkan perkembangan media yang memudahkan penyebaran informasi. “Sekarang ini informasi informasi bisa menyebar lewat mana saja. Bisa perseorangan atau social media. Hampir semua remaja mengenal internet. Dari internet orang bisa memperoleh informasi apa saja.”
Perkembangan teknologi informasi ini tentunya harus disikapi secara bijak. Survei yang dilakukan APCOC dan PT Bayer Indonesia pada Juli 2011 menunjukkan, hampir 60 persen remaja merasa saling mencintai menjadi alasan cukup untuk berhubungan suami istri. Survei ini dilakukan di sembilan negara yaitu China, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Indonesia, India, Pakistan, Taiwan, dan Malaysia. Jumlah responden adalah 100 orang pria dan 100 orang wanita.
Sebagai orangtua kita juga harus mengenyahkan 'tabu' dan mulai terbuka, para remaja itu perlu dibekali pengetahuan dini tentang seks. Ajaklah mereka bicara dari hati ke hati bila terpergok membuka situs-situs dengan kontens dewasa. Pengetahuan ini dibutuhkan supaya remaja tidak salah kaprah dalam memahami seks.
( Sumber : blogHerusupanji )
Follow @BlogAB
Posted by Unknown
on 11.47. Filed under
Internet,
Teknologi,
Tips
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response