Protes Anti-China, Remaja Tibet Bakar Diri
Dua pemuda Tibet nekat membakar diri tak jauh dari sebuah biara di sebelah barat daya China. Tindakan itu adalah simbol perlawanan atas kebijakan pemerintah China sekaligus sikap antikekerasan yang ditunjukkan oleh pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama.
Kedua remaja itu masing-masing bernama Choepel, 19 tahun, dan Khayang, 18.
Kedua lelaki belia yang kini mendiang itu dulunya terdafter sebagai rahib di Biara Kirti, Aba, Provinsi Sichuan, China. Laman Wall Street Journal menyebutkan bahwa biara itu beberapa tahun belakangan telah menjadi pusat perlawanan anti-China.
Beijing menegaskan bahwa Tibet telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya berabad-abad lamanya. Mereka mengklaim sejak Komunis menguasai negeri itu pada tahun 1951, ada kenaikan taraf hidup di antara warga Tibet. Selain itu, pembangunan infrastruktur mendasar serta perkembangan ekonomi berlangsung baik.
Namun, pemerintahan China telah lama mengekang para pendukung loyal Dalai Lama, sang pemimpin yang terpaksa hidup dalam pengasingan sejak tahun 1959 di India bagian utara.
Menyikapi banyaknya peristiwa pembakaran diri, Dalai Lama terkungkung dalam dilema. Sebab, di satu sisi ia mengecam digunakannya kekerasan dalam melakukan aksi protes. Sementara di sisi lain, ajaran Buddha yang berkembang di Tibet tak memperkenankan bunuh-diri. "Yang mulia [Dalai Lama] selalu menghargai pengorbanan oleh bangsa Tibet dalam rangka menjaga identitas relijius dan kebudayaan mereka,"
Kate Saunders, juru bicara Kampanye Internasional untuk Tibet (ICT) menyatakan. "Baginya, peristiwa ini pasti akan membawa kesakitan mendalam baginya."
Kedua remaja itu masing-masing bernama Choepel, 19 tahun, dan Khayang, 18.
Kedua lelaki belia yang kini mendiang itu dulunya terdafter sebagai rahib di Biara Kirti, Aba, Provinsi Sichuan, China. Laman Wall Street Journal menyebutkan bahwa biara itu beberapa tahun belakangan telah menjadi pusat perlawanan anti-China.
Beijing menegaskan bahwa Tibet telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya berabad-abad lamanya. Mereka mengklaim sejak Komunis menguasai negeri itu pada tahun 1951, ada kenaikan taraf hidup di antara warga Tibet. Selain itu, pembangunan infrastruktur mendasar serta perkembangan ekonomi berlangsung baik.
Namun, pemerintahan China telah lama mengekang para pendukung loyal Dalai Lama, sang pemimpin yang terpaksa hidup dalam pengasingan sejak tahun 1959 di India bagian utara.
Menyikapi banyaknya peristiwa pembakaran diri, Dalai Lama terkungkung dalam dilema. Sebab, di satu sisi ia mengecam digunakannya kekerasan dalam melakukan aksi protes. Sementara di sisi lain, ajaran Buddha yang berkembang di Tibet tak memperkenankan bunuh-diri. "Yang mulia [Dalai Lama] selalu menghargai pengorbanan oleh bangsa Tibet dalam rangka menjaga identitas relijius dan kebudayaan mereka,"
Kate Saunders, juru bicara Kampanye Internasional untuk Tibet (ICT) menyatakan. "Baginya, peristiwa ini pasti akan membawa kesakitan mendalam baginya."
Follow @BlogAB
Posted by Unknown
on 11.36. Filed under
Dunia,
Mengerikan
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response