|

Jadi Mualaf, Lenyvic Seperti Kupu-kupu yang Keluar dari Kepompong


Ramadan kali ini sangatlah berkesan bagi Lenyvic Tubio. Sebab Ramadan 2011 merupakan Ramadan pertamanya setelah dia menjadi mualaf. Lenyvic merasa seperti kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong.

"Ini adalah waktu yang istimewa untuk saya dan Muslim baru lainnya," kata Lenyvic, pekerja rumah tangga (PRT) asal Filipina yang bekerja pada keluarga Uni Emirat Arab sejak Juni 2009. Demikian dikutip dari Timesofummah, Sabtu (20/8/2011).

Perempuan 26 tahun itu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam pada Januari lalu. Majikannya, Sheikha Al Zuyudi,-lah yang menemaninya ke Pengadilan Dubai untuk mendaftarkan diri sebagai Muslim. Nama Muslimnya adalag Mariam.

Untuk menjadi seorang Muslim tidaklah rumit. Seseorang hanya perlu mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan dua saksi. Setelah menjadi Muslim, tentunya mereka harus menjalankan rukun Islam lainnya seperti salat lima waktu, puasa selama Ramadan, memberikan zakat dan menunaikan ibadah haji setidaknya sekali bagi yang mampu.

"Majikan saya tidak memaksa saya menjadi mualaf," kata Lenyvic. "Namun dia sangat senang ketika saya memberitahunya bahwa saya masuk Islam," sambungnya.

Lenyvic bekerja sejak dua tahun lalu untuk membantu anak majikannya, Shamma (13) yang menggunakan kursi roda. Pada Ramadan ini, dia juga membantu orang Sri Lanka untuk menyiapkan makanan. Sebab pada saat Ramadan, biasanya ada tambahan makanan yang disiapkan untuk petugas keamanan, staf pemeliharaan dan pekerja lainnya di gedung di mana mereka tinggal. Makanan tersebut diberikan sebelum waktu berbuka puasa tiba. Makanan yang disajikan antara lain ayam, nasi, juice, laban, kurma dan berbagai gula-gula Arab.

"Ini merupakan tradisi untuk berbagi kepada orang-orang yang kurang mampu," kata majikan Lenyvic, Al Zuyudi.

Menurut Al Zuyudi, pembantunya menyadari tugasnya sebagai seorang Muslim. Lenyvic menyampaikan kepada Al Zuyudi, di bulan puasa pertamanya, dia tidak mengalami kesulitan. Ibadah Ramadan lainnya pun tidak dirasa berat.

"Puasa tidak terlalu sulit baginya. Dia terlihat senang seperti wanita di awal 20-an. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia merasa seperti kupu-kupu meninggalkan kepompongnya ketika ia masuk Islam," jelas Al Zuyudi.

Lenyvic dibesarkan sebagai seorang Katolik di Tanza, Cavite, sekitar 27 kilometer selatan Manila. Dulu dia aktif dalam kegiatan gereja.

Tapi di UEA, ia tertarik dengan keindahan Islam setelah membaca buku dan belajar lebih banyak tentang hal itu dari anak majikannya. Dia pun meminta izin ayahnya sebelum menjadi mualaf.

"Dia tidak marah," kata Lenyvic. "Dia mengatakan kepada saya bahwa jika itu akan membuat perubahan dalam hidup saya, maka dia tidak akan keberatan untuk itu," imbuhnya.

Abulcair Capatagan (47) seorang manajer toko di Abu Dhabi yang dibesarkan sebagai seorang Muslim di Filipina, juga memberikan bimbingan kepada Lenyvic sebelum dia memutuskan untuk memeluk agama Islam. Dia juga memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar Islam dan ajaran-ajaran lainnya.

"Aku mendorongnya untuk mencari dan membaca Hadis dan Qur'an," kata Capatagan, yang juga Presiden Pekerja Muslim Filipina di Luar Negeri, sebuah organisasi yang terdiri dari 500 anggota dari 13 suku Muslim di Filipina dan orang-orang yang masuk Islam.

"Saya merasa bangga ketika dia kemudian mengatakan kepada saya bahwa majikannya turut bersama dia saat dia masuk Islam," ucap Capatagan.

Bagi Lenyvic, dirinya yang masuk Islam sudah menjadi takdir. Ketika menjadi mualaf, dia merasa begitu hebat, tercerahkan dan bebas. "Saya tidak merasa seperti ini untuk waktu yang lama," ungkapnya.
( Sumber : Detikcom )




Artikel Menarik Lainnya:


Posted by Unknown on 20.08. Filed under , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response