Modus Baru Peredaran Uang Palsu
Bank Indonesia (BI) menemukan modus baru peredaran uang palsu. Pelakunya adalah jasa penukaran uang di pinggir jalan dengan cara menyelipkannya di antara uang baru yang akan ditukar.
"Sebaiknya kalau menukar uang di tempat yang resmi, jangan di jalan. Bagi penjual yang di pinggir jalan juga harus hati-hati," kata Kepala Biro Kebijakan Pengedaran Uang Bank Indonesia, Eko Yulianto, Selasa 2 Agustus 2011.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar mengimbau masyarakat Jakarta selalu waspada terhadap maraknya peredaraan uang palsu yang diperkirakan marak pada bulan suci Ramadan.
"Uang palsu pada pecahan besar, karena dia cepat. Sedikit keluar banyak untungnya, seperti Rp 50.000 dan Rp 100.000," ujar Baharudin.
Dikatakan Baharudin, perdaraan uang palsu itu biasanya ditemukan di lokasi yang ramai orang seperti rumah makan dan pusat perbelanjaan.
Langkah yang bisa diambil polisi, kata Baharidin, yakni meminta kepada masyarakat untuk melarpokan jika mendapatkan uang palsu.
Mengantisipasti terjadi kerugian dalam jumlah yang besar, Baharudin meminta masyarakat bertindak preventif dengan menerapkan proses 3 D (dilihat, diraba, dan diterawang) pada uang yang dimiliki.
"Bank Indonesia sudah mengimbau kepada masyarakat dengan 3D itu. Sehingga pelaku sulit mengedarkan uang palsu di kalau masyarakatnya jeli," jelas Bahar.
Dia menambahkan, menyadari semakin banyaknya sindikat pemalsuan uang tingkat nasional, Mabes Polri sudah bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk mewaspadai peredaran uang palsu.
"Sebaiknya kalau menukar uang di tempat yang resmi, jangan di jalan. Bagi penjual yang di pinggir jalan juga harus hati-hati," kata Kepala Biro Kebijakan Pengedaran Uang Bank Indonesia, Eko Yulianto, Selasa 2 Agustus 2011.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar mengimbau masyarakat Jakarta selalu waspada terhadap maraknya peredaraan uang palsu yang diperkirakan marak pada bulan suci Ramadan.
"Uang palsu pada pecahan besar, karena dia cepat. Sedikit keluar banyak untungnya, seperti Rp 50.000 dan Rp 100.000," ujar Baharudin.
Dikatakan Baharudin, perdaraan uang palsu itu biasanya ditemukan di lokasi yang ramai orang seperti rumah makan dan pusat perbelanjaan.
Langkah yang bisa diambil polisi, kata Baharidin, yakni meminta kepada masyarakat untuk melarpokan jika mendapatkan uang palsu.
Mengantisipasti terjadi kerugian dalam jumlah yang besar, Baharudin meminta masyarakat bertindak preventif dengan menerapkan proses 3 D (dilihat, diraba, dan diterawang) pada uang yang dimiliki.
"Bank Indonesia sudah mengimbau kepada masyarakat dengan 3D itu. Sehingga pelaku sulit mengedarkan uang palsu di kalau masyarakatnya jeli," jelas Bahar.
Dia menambahkan, menyadari semakin banyaknya sindikat pemalsuan uang tingkat nasional, Mabes Polri sudah bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk mewaspadai peredaran uang palsu.
( Sumber : VIVAnews )
Follow @BlogAB
Posted by Unknown
on 22.04. Filed under
Kriminal,
Nasional
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response